Ketika para pakar akademisi menggerakan keilmuan mereka untuk mengembangkan sebuah potensi usaha, maka bukan mustahil akan terbentuk sebuah peluang kerjasama usaha baru yang beberapa kali lebih baik dan inilah satu contoh nyatanya. Bagaimana peran mahasiswa sebagai bagian dari akademisi menerapkan kelimuan mereka dan membantu meningkatkan nilai jual produk.
Cerita ini bermula dari seorang mahasiswa asal fakultas pertanian Universitas Gajahmada Syammahfuz Chazali, yang menemukan ide mengenai adanya kemungkinan penggunaan kotoran sapi dalam industry gerabah. Apalagi berdasar informasi yang diperoleh ternyata ada sifat ilikat atau mengikat pada kotoran sapi dan ini jelas mendukung idenya ini.
Dengan bermodal ide uniknya ini, Syam, begitu mahasiswa ini biasa dipanggil melibatkan empat orang temannya lagi mencoba mengembangkan ide ini menjadi sebuah penelitian lanjutan dan menerapkannya dalam industry gerabah nyata. Untuk melakukan ide pengembangannya ini Syam dan timnya jelas memerlukan sejumlah dana dan itu sebabnya Syam mencoba mengikuti beberapa program pembiayaan penelitian di kampusnya.
Meski sempat mengalami penolakan karena konsep yang terbilang controversial ini, akhirnya Syam mendapatkan juga kesempatan emas untuk mendapatkan pembiayaan dari DUE-like Batch IV UGM hingga turunlah dana sebesar 3,5 juta.
Berawal dari sini, Syam dan tim memulai kerjasama dengan beberapa pengrajin gerabah dari Kasongan di kawasan Bantul. Dengan beberapa ujicoba akhirnya ditemukan perbandingan yang tepat formula adonan tanah liat kuning yang selama ini menjadi bahan baku utama gerabah kasongan dengan kotoran sapi. Hasil penggabungan dua bahan ini ternyata menghasilkan tekstur gerabah yang lebih halus, kekuatan gerabah yang meningkat 2 kali lipat dan menurunkan bobot gerabah hingga 30%.
Dari hasil ujicoba inilah kemudian Syam dan tim mencetuskan sebuah peluang kerjasama usaha dengan mendirikan sebuah perusahaan PT Faerumnesia7G. Perusahaan baru ini bertujuan sebagai wadah bagi ide kerjasama usaha antara pihaknya sebagai pemiliki ide produksi dengan pihak pengrajin gerabah Kasongan. Di sini Syam dan tim juga berkonsentrasi pada pemasaran bagi produknya.
Perusahaan berkonsentrasi pada pengenalan produk gerabah baru ini di berbagai pameran craft di kota-kota besar Indonesia, termasuk pada pameran craft bertaraf internasional. Selain pula mengembangkan sistem manajemen professional untuk membina dan mengembangkan usaha ini menjadi lebih efisien dan modern.
Sedang para pengrajin gerabah Kasongan yang bersedia berada dalam naungan perusahaan bekerja untuk menjalankan produksi sesuai dengan permintaan dan target produksi. Pengrajin juga perlu memastikan produksi sesuai dengan standar kualitas yang diharapkan.
Menjalankan peluang kerjasama usaha ini bukan perkara mudah. Syam dan tim bukan sekali dua kali harus terbentur beragam masalah. Mulai dari penolakan dari para pengrajin Kasongan lain dan dari pasar. Muncul banyak sitgma buruk terhadap bahan baku yang kerap kali dianggap jorok, kotor bahkan dianggap berkuman.
Perlu upaya keras dari Syam dan tim untuk meyakinkan bagaimana potensi dari kotoran sapi ini bisa benar-benar diterima. Pasalnya meski menggunakan campuran kotoran sapi dalam adonan tanah liat, kotoran sapi ini sudah sepenuhnya bersih dan bebas kuman karena di panggang dalam tungku hingga suhu tinggi. Cara ini mengeringkan kadar air dalam kotoran sapi sepenuhnya dan menyebabkan semua kuman yang mungkin berdiam di dalamnya mati dan tidak mungkin lagi berkembang.
Dan berkat kegigihan tim kerjasama ini, akhirnya produk gerabah dari kotoran sapi ini mulai mendapat tempat di pasar. Mulai banyak permintaan dari dalam maupun dari luar negeri yang biasanya iperoleh Syam dan tim dari berbagai pameran craft yang mereka ikuti setiap tahunnya. Bahkan mereka pernah mendapatkan pesanan hingga 60 ton gerabah dari Brunei Darussalam.
Tidak hanya itu pencapaian tim ini dalam menjalankan peluang kerjasama usaha ini juga menghantarkan tim menjadi juara business plan pemuda dari Kemenpora dan masuk dalam daftar finalis Wirausaha Mudah Mandiri tahun 2008.
Itulah satu contoh bagaimana sebuah peluang kerjasama usaha bisa tumbuh dan berkembang antara para akademisi dengan UKM. Keterbatasan UKM dalam hal inovasi dan kemampuan dalam mencapai pasar yang luas bisa diatasi dengan melibatkan para akademisi yang tentu saja lebih baik dalam kedua hal tersebut namun memiliki kelemahan dalam pengalaman. -Tim Siap Bisnis-